“Face to face learning memang masih diperlukan dan merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. Namun, kecanggihan teknologi yang ada perlu juga dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas belajar di perguruan tinggi (hybrid classroom)”
Kopertis Wilayah X selenggarakan Workshop Penerapan Blended Learning Method Berbasis Resource Sharing di hotel Grand Denai Bukittinggi, 21 sampai dengan 25 November 2016. Workshop diikuti sebanyak 84 peserta dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di lingkungan Kopertis Wilayah X (Sumbar, Riau, Jambi, dan Kepri).
Pelaksanaan workshop dibagi menjadi dua tahapan. Tahap pertama diselenggarakan pada tanggal 21 s.d. 23 November 2016 yang diikuti peserta dari PTS di Provinsi Sumbar dan Jambi. Tahap kedua diikuti oleh peserta dari PTS di Provinsi riau dan Provinsi Kepulauan Riau.
Wakil ketua panitia, Firti Rasmita saat membuka workshop mengatakan tahun ini merupakan tahun ketiga pelaksanaan workshop blended learning. Diharapkan, peserta yang hadir dapat menjadi agen perubahan di PTS masing-masing, khususnya dalam penerapan blended learning. Hendaknya, penerapan blended learning sudah bisa dikelola secara mandiri di PTS dan tidak lagi bersifat individu. Untuk itu, setiap peserta yang hadir wajib menerapkan serta mensosialisasikan penerapan blended learning pada PTS masing-masing.
Lebih lanjut, Firti menjelaskan konsep Pengajaran dan Pembelajaran (P&P) pada dunia global sekarang ini memiliki makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, kombinasi atau penggabungan satu pola dengan pola yang lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar bertambah baik. Di negara-negara maju proses pengajaran dan pembelajaran (P&P) dengan menggunakan blended learning sudah banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan.
Tampil sebagai pembicara pada sesi pertama, Prof. Dr. Dewie Tri Wijayati, M.Si. dengan topik bahasan blended learning dan pembelajaran di perguruan tinggi. Dewie menjelaskan tantangan pendidikan pada abad 21 adalah membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge based society). Salah satu kriterianya adalah memiliki keterampilan TIK (ICT literacy skills).
“Untuk itu, dosen sebagai pendidik profesional harus meningkatkan kompetensi, menguasai serta menerapkan blended learning. Kenapa? Karena dengan E-learning/Blended Learning kita sebagai pendidik profesional dapat memanfaatkan ICT (information Comunication and Technology), memudahkan dalam proses pembelajaran kapan saja dan di mana saja (tidak terikat ruang dan waktu), memotivasi mahasiswa untuk jadi pebelajar aktif, penalaran dan argumentasi mahasiswa lebih dihargai,” ungkap guru besar manajemen Universitas Negeri Surabaya ini.
Pada sesi kedua, tampil sebagai narasumber, Kepala Divisi Multimedia LPTIK Universitas Andalas, Ikhwan Arief. Ikhwan menjelaskan bahwa penerapan blended learning di perguruan tinggi sudah bukan mimpi lagi. Zaman sekarang sudah banyak perangkat yang memudahkan penerapan blended learning. Tanpa disadari, sebenarnya pada praktik pengajaran di perguruan tinggi sudah banyak dosen yang melaksanakan blended learning. Penggunaan e-mail, blog, dan whatsapp merupakan beberapa sarana yang digunakan dalam mendistribusikan materi ajar.
Lebih lanjut, Ikhwan memaparkan ada beberapa fase yang perlu diterapkan dalam blended learning. Fase tersebut adalah analisis, yaitu memahami “the big picture” dan identifikasi apa yang akan dipertahankan dan apa yang akan diubah. Selanjutnya, rancangan; identifikasi aktifitas PBM, rencana evaluasi, dan komponen utama pada perkuliahan. Fase berikutnya adalah pengembangan, yaitu membuat aktifitas PBM, evaluasi dan konten/isi kuliah. Selanjutnya adalah Implementasi atau penerapan rancangan yang sudah direncanakan. Tahap akhirnya adalah evaluasi penerapan blended learning.
Untuk memaksimalkan penerapannya, perguruan tinggi disarankan membangun sistem implementasi blended learning dengan membangun LMS (Learning Management System) mandiri. Salah satu aplikasi yang bisa dimanfaatkan adalah dengan menggunakan aplikasi moodle, jelasnya.
Handoko, dosen Universitas Dharma Andalas mengisi sesi ketiga dengan paparan manajemen konten dan evaluasi implementasi blended learning. Ia mengungkapkan blended learning tidak hanya diciptakan untuk orang-orang dengan latar belakang pendidikan ilmu komputer saja. Penerapannya bisa dipelajari dan dipraktikkan. Dosen tinggal memilih mata kuliah apa yang memungkinkan untuk diterapkan melalui blended learning. Bahan ajar, tugas, kuis, kuesioner, dan soal ujian untuk mata kuliah yang diampu bisa diungguh pada aplikasi tertentu yang sudah disiapkan. Hal ini memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan materi ajar serta menambah referensi pada mata kuliah tersebut.
Tidak hanya itu, proses pembelajaran melalui blended learning memungkinkan mahasiswa dan dosen bisa berinteraksi secara online lewat forum chat serta video chat. Dosen juga dimudahkan dalam hal pengecekan plagiat dan pengolahan nilai mahasiswa, terang Handoko.
Dr. Wahyudi, dosen STMIK Indonesia mengakhiri sesi workshop dengan pengenalan dan praktik aplikasi edmodo. Pada sesi ini, peserta diajarkan untuk menggunaka sistem edmodo dengan langkah antara lain sebagai berikut:
- Membuat akun edmodo
- Pengaturan akun
- Membuat rancangan e-learning (mata kuliah, silabus, materi ajar, pertemuan, kuis, tugas mahasiswa, dan lain-lain)
- Membuat grup perkuliahan
- Menjalankan blended learning menggunakan aplikasi edmodo
Workshop Penerapan Blended Learning Method Berbasis Resource Sharing ditutup oleh Wakil Ketua Panitia. Capaian yang diinginkan dari kegiatan ini adalah Perguruan Tinggi Swasta mampu menerapkan sistem blended learning dalam rangka peningkatan mutu proses pengajaran dan pembelajaran. PTS mampu mengelola dan melaksanakan blended learning secara mandiri, seperti Learning Management System (LMS). “Nantinya, Kopertis Wilayah X akan memonitoring penerapan Blended Learning Method Berbasis Resource Sharing pada masing-masing perguruan tinggi peserta workshop”, ucap Firti. (HR)
Materi dan Kuesioner Workshop Blended Learning di Bukittinggi bisa diunduh pada tautan berikut ini:
Silakan unduh:
- Ikhwan Arief – Strategi Pengembangan
- Materi Prof Dewie Tri
- Handoko – Implementation and Evaluation
- Handoko – Improving Students Engagement in Blended Learning
- Kuesioner
Diann Alatas – penulis dan pemilik sumber berita ini.
Saya mencoba memberikan konten dengan kualitas terbaik tentang kesehatan, obat-obatan, suplemen makanan, dan lainnya.